Perencanaan dan perancangan gedung jazz dan stasiun radio jazz di Surabaya

Megantara, Peter Angelo (1997) Perencanaan dan perancangan gedung jazz dan stasiun radio jazz di Surabaya. Skripsi thesis, Universitas Widya Kartika.

[img] Text (ABSTRAK)
43 PETER ANGELO MEGANTARA.pdf

Download (664kB)

Abstract

Ada anggapan bahwa musik jazz adalah musik kaum intelektual. Tak semua orang bisa menikmati, kecuali mereka yang memang paham dan bisa menangkap keindahan dalam permainan musiknya. Walau demikian, “musik jazz lahir bukan dari golongan masyarakat elit yang kaya, terdidik secara akademis maupun penuh dengan atribut kekuatan dan kekuasaan. Jazz juga tidak lahir dari suatu kelompok masyarakat atau golongan mayoritas yang dominan. Ia lahir dari kelompok minoritas yang terlemah dan terabaikan, para budak dan buruh pekerja perkebunan miskin, buta huruf dan sama sekali tidak terdidik pada saat-saat mereka secara spontan, unik tapi sangat ekspresif melantunkan ‘yel’ kode-kode musik responsis dengan pola-pola ritme Afrika yang sangat dinamis dan berlawanan dengan pola-poloa ritme musik barat yang ‘normal’. Interaksi berbagai unsur budaya musik yang sama-sama asing dan tidak saling bersentuhan inilah yang menimbulkan seluruh bentuk, struktur, pola, teknik, pendekatan instrumentarium, sistem, bahkan juga kekuatan cara pandang baru musik yang disebut Jazz. Lima ratus tahun lamanya sejarah musik dunia, sejak masa renaissance, memberiruang yang kelewatan besar bagi tumbuhnya dominiasi musik Eropa yang dianggap lebih unggul dan adiluhung. Jazz dengan segala perangkat sistem, teknik permainan, idiom-idiom dan pendekatan ekspresif musikalnya, pola-pola aturan struktur, bentuk harmoni, orkestra, telah melucuti dan menjungkirbalikan hampir seluruh kemampuan tatanan musik sebelumnya. Jazz juga memberi kebebasan ruang gerak pengucapan diri secara musikal yang lebih leluasa, yang secara umum barangkali sederajat dengan hak individu untuk mengemukakan pendapat secara bebas. ‘Hardjana, Suka (1994) Jazz dan Demokrasi Pembebasan. Menikmati musik jazz dapat dilakukan secara ‘mendengar’ saja atau bahkan dengan ‘menonton’. Proyek gedung Jamz dan Stasiun Radio Jazz ini menawarkan keduanya. Seperti yang dikatakan Thelonious Monk, salah seorang pelopor Free Jazz, “I just play what comes into my mind”; proyek ini sekan mendapat peluang untuk menyatakan dirinya secara total dan spontan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: SK.ARS Meg 43 1997
Subjects: N Fine Arts > NA Architecture
N Fine Arts > NA Architecture > NA1-9428 Architecture > NA2695-2793 Architectural drawing and design
Divisions: Fakultas Teknik > Arsitektur
Depositing User: Perpustakaan UWIKA
Date Deposited: 12 Aug 2022 06:34
Last Modified: 12 Aug 2022 06:34
URI: http://repository.widyakartika.ac.id/id/eprint/1831

Actions (login required)

View Item View Item